2011/06/16

Penyakit busuk mulut pada ikan

Busuk mulut merupakan penyakit inveksi yang diakibatkan oleh bakteri. Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih di sekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut. Memar ini kemudian akan berkembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih ke abu - abuan, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut pada ikan sering menjadi tidak bisa terkatup. Kehadiran penyakit ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan di bawah mikroskop.

Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di daerah dengan suhu udara hangat seperti Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 - 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskipun demikian beberapa kasus bisa terjadi tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini.

Penyebabnya
Busuk mulut merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri flexibacter columnaris. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk benang. Secara alamiah bakteri ini hidup di dalam air pada jasad - jasad organik mati, benda - benda padat, dan juga pada kulit ikan sehat.

Busuk mulut biasanya akan terjadi pada suhu diatas 20 derajat Celcius, biasanya menyusul kejadian seperti itu, terluka akibat penanganan ikan yang kurang memadai atau berkelahi dan luka lainnya, kekurangan vitamin yang menyebabkan kulit menjadi tidak sehat sehingga mudah terinfeksi, dan kondisi kualitas air yang buruk, seperti kadar amoniak tinggi, begitu pula dengan nitrit dan nitrat, pH tidak tepat dan kadar oksigen terlarut rendah.

Pencegahan dan pengobatan
Pengobatan terhadap busuk mulut sering dilakukan sekaligus dengan pengobatan terhadap serangan jamur. Hal ini dilakukan untuk lebih amannya saja, karena serangan busuk mulut sering mempunyai gejala sama dengan serangan jamur. Oleh karena itu penyakit ini sering diobati baik dengan bakterisida maupun fungisida sekaligus. Perendaman dengan menggunakan phenoxyethanol diketahui efektif dalam mengatasi serangan busuk mulut. Sedangkan bila serangan telah mencapai bagian dalam ikan, perlu dilakukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik.

Flexibater columnaris menyukai air dengan kesadahan tinggi dengan pH air diatas 6. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk mencegah serangannya dilakukan koreksi terhadap parameter terutama bagi akuarium - akuarium yang mensyaratkan parameter kesadahan dan pH sama dengan bakteri tersebut. Koreksi terhadap kehadiran amoniak, nitrit dan nitrat, dan faktor lainnya akan sangat mengurangi resiko serangan busuk mulut tersebut.


NB. Beberapa laporan menunjukkan bahwa ikan yang terserang penyakit ini tetapi kemudian selamat, menunjukkan gejala munculnya kekebalan. Ikan yang demikian akan kebal terhadap serangan busuk mulut dikemudian hari.





2011/06/15

Mengenal berbagai jenis ikan Koi dan sejarahnya


Ikan Koi dan ikan Maskoki sebenarnya masih merupakan kerabat karena termasuk dalam famili Cyprinidae. Koi (Cyprinus carpio) berkumis, sedangkan Maskoki yang asli bentuknya mirip Koi hanya tanpa kumis, yaitu Carassius auratus.
Kata “Koi” sendiri dalam bahasa Jepang berarti ikan Mas atau ikan Karper. Menurut sejarahnya, orang Cina-lah yang pertama kali membudidayakan ikan Karper, yaitu sekitar tahun 1.300-an. Jika kemudian diberitakan Koi mulai ngetop dan diklaim sebagai produk Jepang. Tentu ada alasannya.
Koi telah banyak dibudidayakan dan dikembangkan di Negara Jepang. Maka dari itu wajarlah kalau nama – nama jenis Koi menggunakan bahasa Jepang. Koi dikenal oleh masyarakat Jepang sekitar 160 tahun silam. Pusat pembenihan Koi di Jepang terdapat di daerah pegunungan Oyija, Nigata.  Daerah ini terkenal sebagai penghasil Karper, karena penduduk Oyija banyak membudidayakan Karper untuk lauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu musim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca menjadi dingin, Karper tersebut akan menempati kolam – kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin Karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk Oyija.
Menurut asal – usulnya, semua Karper berwarna diturunkan dari Karper liar. Karper liar oleh orang Jepang disebut Koi, tetapi belakangan ini kata Koi digunakan untuk menyebut semua Karper, baik yang liar maupun yang berwarna. Dewasa ini orang Jepang mempunyai istilah khusus untuk Karper liar yaitu “Magoi”.
Koi mempunyai ukuran tubuh cukup besar dan berwarna sangat variasi. Di dalam populasinya, Koi menunjukkan kehidupan secara damai, tidak beringas, mudah berdampingan dengan jenis lain bila berada dalam satu tempat. Koi bersifat omnivore (pemakan segala makanan) dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu ikan ini dapat dipelihara di hampi semua tempat di dunia. Gerak – gerik Koi sangat simpati, bahkan ada anggapan, ikan ini dapat mendatangkan keberuntungan bagi pemiliknya.
Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun – tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba – coba menghasilkan strain – strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkan Kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 Shiriutsuri (putih dan hitam) dan Kinutsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa dipungkiri.
Pada tahun 1930, mulailah ditemukan Karper warna dengan garis  yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian meyusul penemuan Koi dua dan tiga warna. Adapun koi – koi cantik yang mulai dikenal adalah Showa Sanke (merah, putih, dan hitam). Selain itu muncul juga Koi dengan corak lain seperti Kinrin (sisik emas), Ginrin (sisik perak), dan Ogon (emas).
Pada tahun 1904, Jerman mengirimkan Koi dengan sisik yang tidak lengkap dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada Jepang. Mereka lantas menernakan Koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk Koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik Koi. Jika Koi warna – warni Jepang dikenal sebagai “Nishikigoi”, maka Koi Jerman ini popular dengan sebutan “Doitsugoi” (Koi Jerman). Dalam bahasa Jepang, “Nishiki” mengandung makna kain yang beraneka warna, sedangkan “goi” artinya tidak lain adalah Karper.

Koi adalah Jepang
Koi seakan identik dengan Jepang. Kepopuleran Koi sebagai ikan pajangan yang mempunyai warna memikat, merupakan salah satu budaya Jepang yang sangat dijunjung tinggi seperti halnya pohon Bonsai. Jika Bonsai dan Maskoki dinikmati dan dikagumi keindahannya karena wujudnya yang mini, maka Koi sebaliknya. Dengan badannya yang kekar dan warna – warni yang memikat, Kio memang mempunyai tempat tersendiri di hati para pecintanya.
Koi selalu dikaitkan dengan seluruh aktivitas orang Jepang. Di Hiroshima terdapat banyak sekali perkumpulan pecinta Koi. Bahkan di Hiroshima juga terdapat sebuah bangunan yang mereka namakan Koi, sebuah nama yang diberikan oleh seorang Kaisar yang sangat terkenal, Kaisar Jingu. Ada juga sebuah kastil yang diberi nama “Rijo” yang dalam bahasa Jepangnya mengandung arti kastil Koi. Di sekeliling kastil ini terdapat parit yang sarat dengan Koi. Bahkan ada sebuah tim baseball yang dinamakan Carp (karper). Di Hiroshima juga terdapat sekelompok masyarakat yang membudidayakan Koi, sama seperti yang dilakukan oleh orang – orang Nigata. Pekerjaan ini dilakukan secara turun – menurun.
Bukan hanya itu saja, di Jepang sudah secara turun – menurun dilakukan kontes Koi dibanyak tempat. Kontes yang diikuti puluhan bahkan ratusan peserta dari berbagai daerah itu menunjukkan bahwa Koi sudah merupakan ikan “resmi” di Jepang, selain juga ikan – ikan hias lainnya yang sesungguhnya merupakan cirri khas masyarakat modern.
Kejelian masyarakat Jepang dalam menganalisa kelebihan – kelebihan ikan Koi secara ilmiah memang turut andil dalam memasyarakatkan ikan ini kepada khalayak. Koi yang mempunyai badan kekar itu bisa hidup hingga puluhan tahun. Bahkan di Jepang berlaku nasehat, “Jika Anda menghendaki kawan setia seumur hidup, maka peliharalah Koi di rumah Anda !”.
Menurut buku The Latest “Manual to Nishikigoi” yang ditulis Takeo Kuroki yang terbit tahun 1981/1988 dikhabarkan bahwa Koi tertua di Jepang adalah Hanako. Umurnya 226 tahun, panjang 77 cm, berat 9 kilogram. Pemeliharanya Mr. Komei Koshihora (The President of Nagoya Women’s College) yang beralamat di Higoshi Shirakawa, Kamogun, Gifu, Jepang.

Tanda cinta sang kaisar
Majalah Tropical Fish Hobiest edisi September 1988, memuat tentang asal – usul kata Nishikigoi. Menurut sejarah Cina, ketika anak laki – laki tertua dari Kong-zi lahir pada 533 SM, penguasa kerajaan Lu memberinya ikan sebagai hadiah ulang tahun. Ikan itu konon yang kita sebut Koi sekarang ini. Kata Koi, menurut cara penulisan Jepang, memang bisa menimbulkan dua makna yang berbeda. Makna pertama adalah ikan, sedangkan makna kedua adalah menjadi murni atau sempurna. Dari kedua makna ini, Koi bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapih dan teratur pada sisik di badannya. Dengan lain perkataan, Koi merupakan ikan yang benar – benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni.
Cina ternyata mempunyai buku, yang dipercaya sebagai buku pertama dan tertua yang mengupas tentang Koi, yang bernama Yogyokyo. Tata cara pembudidayaan Koi, dan semua jenis Koi dikupas dalam buku tersebut. Di dalamnya     diuraikan juga tentang Koi yang berwarna – warni seperti merah, biru, putih, dan kuning.

Dengan kata lain terdapat rahasia yang masih tersimpan dalam buku Koi yang ditulis  orang Jepang, seperti Hitachi-fudoki atau Nishonshoki. Dalam bahasa Jepang antara "carp" dan "love" (cinta) mempunyai cara pengucapan yang sama "Koi". Dalam buku Nishonshoki terdapat cerita yang menarik tentang kata Koi ini. Ketika kaisar Kejkou pergi ke propinsi Mino pada Pebruari 94, ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak perempuan Pangeran Yasakairihiko Otohime. Ketika mendengar keinginan kaisar Kejkou, sang putri menolak dan lari masuk ke dalam hutan. Namun kaisar Kejkou tidak kekurangan akal, untuk menarik perhatian pujaan hatinya, ia mengambil ikan yang baru didatangkan dari Cina yang ada di kolam penginapannya dan mengadakan jamuan makan ikan. Anehnya sang putri yang semula menolak akhirnya keluar hutan dan menemui dia. Mereka saling jatuh cinta yang dalam bahasa Jepang disebut Koi. Dari cerita ini orang lantas menyebut Koi untuk ikan yang dipakai sang kaisar guna memikat pujaan hatinya.

Bagaimana dengan nama Nishikigoi, adakah cerita yang menarik sebelum nama itu melekat dan dikenal untuk menyebut Karper warna – warni ini ? Dulu orang menyebut Koi dengan nama yang berbeda – beda, misalnya saja mayogi (karper yang berpola bagus), hanagoi (karper kembang), echigono kawarigoi (karper unik dari Echigo), irogoi (karper warna), dan madarigoi (karper totol). Adalah Kei-Abe, teknisi di Pusat Penelitian Perikanan Nigata yang meneliti dan mengembangkan Koi, memberinya nama ketika pertama kali Taisho sanshoku diproduksi di Takezawa-mura pada tahun 1918. Pada waktu itu nama ini tidak popular dikalangan masyarakat.

Diantara jenis Koi yang telah ada, tampaknya Kohaku-Taisho Sanke dan Showa-Sanshoku merupakan jenis ikan yang digemari oleh banyak orang. Oleh karena itu ketiga jenis tersebut banyak menghiasi kolam – kolam atau akuarium. Sedangkan golongan Hikarimono dan Kawarimono biasanya hanya merupakan aksesories saja.
Koi mempunyai tubuh dengan pola warna – warni yang indah serta gerak – gerik yang mengagumkan, menyebabkan penggemar Koi hampir di berbagai negara membentuk asosiasi penggemar ikan Koi. Bahkan sering melakukan lomba dan pameran untuk menampilkan ikan – ikan terbaik mereka. Itulah sebabnya, untuk menentukan klasifikasi Koi, para penggemar Koi membuat beberapa criteria terhadap nilai atau predikat ikan yang baik.

Pengelompokan ikan Koi
Di Jepang sendiri, telah diketahui adanya 3 cara pengelompokkan Koi. Salah satu diantaranya adalah seperti yang ditentukan oleh Asosiasi Penggemar Koi Jepang (Zen Nippon Airinkoi). Asosiasi ini mengelompokkan Koi menjadi 13 golongan secara berurutan, yaitu sebagai berikut :


Dari berbagai Koi yang ada dapat dikelompokan sebagai berikut :



KELOMPOK
ANGGOTA JENIS

Kohaku                          

Shiromuji, Akamuji (Higoi, Benigoi, Haika), Aka, Hajiro, Kuchibeni kohaku, Menkaburi Kohaku, Hanatsuki Kohaku, Nidan Kohaku, Sandan Kohaku, Yodan Kohaku, Inazumi, Straight Hi, Doitsu Kohaku, Napoleon, Gotenzakura, Fuji Kohaku.

Taisho-Sanke

Kuchibeni sanke, Aka sanke, Tsubaki sanke, Doitsu Sanke, Doitsu Aka Sanke, Fuji Sanke.

Showa-Sanshoku

Boke Showa, Hi Showa, Kindai Showa, Doitsu Showa.

Utsurimono

Shiro Utsuri, Ki Utsuri, Hi Utsuri, Utsuri Doitsu.

Kawarimono

Karasugoi, Hajiro, Hageshiro, Yotsushiro, Suminagashi, Matsukawabake, Kumonryn, Kigoi, Chagoi, Midorigoi, Matsuba (Aka Matsuba, Shiro Matsuba), Goshiki, Sanke Shusui, Showa Shusui, Goshiki Shusui, Kanoko Kohaku, Kanoko Showa, Kage Utsuri (Kage Shiro Utsuri, Kage Hi Utsuri), Kage Showa.


Asagi, Shusui

Konjo Asagi, Nurami Asagi, Mizu Asagi, Asagi Sanke, Taki Asagi, Hana Asagi, Hana Shusui, Hi Shusui, Ki Shusui, Pearl Shusui.

Koromo

Ai Goromo, Sumi Goromo, Budo Sanke, Koromo Sanke, Korom Showa.

Ogon

Ogon, Nezu Ogon, Shiro Ogon, Platinum Ogon, Yamabuki Ogon, Orange Ogon, Hi Ogon, Gin Matsuba, Kin Matsuba, Doitsu Ogon, Platinum Doitsu, Orange Doitsu, Mizuho Ogon, Kin Kabuto, Gin Kabuto, Ginbo.

Hikari-Moyomono

Hariwake, Yamabuki Hariwake, Orange Hariwake, Hariwake Matsuba, Hariwake Doitsu, Kikusui, Platinum Kohaku, Yamato Nishiki, Kinsui, Ginsui, Shochiku Bai, Kujaku Ogon, Kujaku Doitsu, Tora Ogon.

Hikari-Utsurimono

Kin Showa, Gin Showa, Gin Shiro (Kin Shiro Utsuri), Kin ki Utsuri.

Kin Ginrin

Banyak jenis

Tancho

Tancho Kohaku, Tancho Sanke, Tancho Showa.





Nenek moyang Koi adalah ikan Karper hitam, sehingga gambaran tubuh ikan ini seperti ikan Karper atau ikan Mas pada umumnya, hanya saja tubuh Koi sedikit lebih ramping. Tubuh Koi dilengkapi sirip - sirip yang terdiri dari ; sirip dada, sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor. Sirip - sirip ini untuk menjaga keseimbangan tubuh, melancarkan gerakkan dalam air serta sebagai kemudi. Sirip Koi terdiri dari duri keras dan duri lunak, dan apabila sirip - sirip ini mengalami kerusakan, beberapa waktu kemudian dapat pulih kembali. Sirip Koi ada yang berwarna hitam, putih, merah dan kadang - kadang dilengkapi dengan garis - garis, sehingga menambah keindahan tubuhnya. Sirip ekor ikan Koi bentuknya tidak mengalami variasi seperti ekor ikan Maskoki.








2011/06/12

Merawat Cupang Aduan

Perlakuan terhadap cupang aduan memang berbeda dari cupang hias, karena dia memang dipersiapkan menjadi jagoan di medan laga. Tentu saja fisiknya harus selalu dijaga supaya tetap fit. Hanya dengan pemberian makanan yang teratur, serta lingkungan terutama air yang senantiasa selalu bersih dari kotoran, maka cupang aduan akan tetap sehat, terhindar dari berbagai penyakit. Sebelum diadu, cupang aduan harus menjalani latihan ketat untuk memperkuat pernapasan dan merangsang keberingasannya.



Diet ketat, cupang beringas
Biasanya, cacing sutera (tubifex) merupakan makanan utama cupang aduan ini. Terutama untuk memacu pertumbuhannya supaya cepat besar. Setelah dewasa, berumur sekitar 6 bulan, ia mulai dipisah dari saudara - saudaranya. Masing - masing menempati stoples tempat pemeliharaannya dan siap untuk diadu kapan saja. Akan tetapi, cupang yang telah siap ini jangan langsung diadu begitu saja. Sebaiknya ia ber-diet dulu selama 2 minggu sampai 1 (satu) bulan sebelum diadu. Pada saat ini cupang hanya diberi makan cuk (jentik nyamuk) 1 (satu) saja setiap harinya, tidak lebih. Tentu saja ia akan merasa lapar daripada biasanya, tapi tetap sehat. Rasa lapar ini akan membuat cupang beringas dan lebih galak lagi. Sifat ini akan dibawa sampai saatnya diadu. Diet dihentikan begitu cupang selesai diadu, kemudian kembali diberi cacing sutera.

Melatih pernapasan
Waktu untuk mengadu cupang bisa sampai 5 jam. Masing - masing cupang berusaha keras untuk membunuh lawan. Permasalahannya tentu saja bukan kalah atau menang, namun bagaimanakah caranya sampai cupang tersebut panjang napasnya ? Tentu saja dibutuhkan latihan ketat sebelum cupang diadu. Caranya adalah dengan memasukkan pralon berbentuk huruf " U " ke dalam stoplesnya. Ukuran pralon ini harus pas buat tubuhnya sehingga ia selalu berusaha untuk mengeluarkan badannya diantara 2 lubang pralon tersebut untuk bernapas. Bila latihan ini sering dilakukan, maka cupang - cupang aduan itu semakin panjang napasnya, tidak cepat menyerah pada lawan.

(Gb.1)Cupang dimasukkan dalam lubang pralon posisi kepala di bawah, (Gb.2) Posisi pralon dimiringkan untuk mempermudah ikan keluar.

Airnya harus selalu bersih
Tidak ada ketentuan berapa hari sekali airnya harus diganti dan wadahnya harus dibersihkan. Setiap tampak kotoran menempel maka saat itu juga wadah harus segera dibersihkan sekaligus diganti airnya, supaya tidak mengundang penyakit. Air bersih pengganti atau air penambah harus diendapkan dulu kurang lebih 24 jam.

Di dalam wadahnya, tidak diperlukan aerator untuk memompa udara dari luar karena akan mengakibatkan jantung cupang terbakar. Dengan selalu menjaga kebersihan air, memberi makan yang cukup, serta menempatkan cupang dalam wadah yang sesuai dengan ukuran tubuhnya, maka cupang aduan akan segera pulih kekuatannya.



2011/06/10

Astaxanthin, Mencerahkan Warna Ikan Hias

Usaha pemeliharaan ikan hias pada masa sekarang sudah mengalami perkembangan yang pesat. Sebab komoditi perikanan yang satu ini bisa dikatakan mampu memberikan "dwi fungsi" yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Pertama adalah aspek rekreatif, sebagai penghias, baik hiasan dalam akuarium maupun dalam kolam - kolam kecil di halaman rumah. Kedua adalah aspek ekonomis, sebagai usaha yang dapat menghasilkan uang.

Dwi fungsi inilah yang diyakini sebagai pemicu oleh para pembudidaya maupun para hobiis untuk mengembangkan ikan hias. Disamping tentu saja tingkat pengelolaan yang relatif murah dan dapat diusahakan pada lahan yang sempit. Hal ini sangat berbeda sekali dengan jenis ikan - ikan peliharaan lainnya, yang butuh tempat luas dan teknik pemeliharaan yang bervariasi.

Hal lain yang membedakan ikan hias dengan ikan peliharaan lainnya adalah penentuan harga. Pada ikan peliharaan (konsumsi), harga ditentukan oleh bobot dan ukuran ikan itu sendiri. Sedangkan pada ikan hias, sangat ditentukan oleh ukuran dan kualitas fisik yang notabene adalah kecerahan warna. Semakin cerah warna ikan hias, maka harganya semakin tinggi. Sebaliknya, kian pudar warnanya, maka harganya kian turun.

Pengaruh
Warna yang ditampilkan oleh ikan hias, ternyata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan dan makanan. Pengaruh lingkungan, adalah kualitas air, yakni pH, suhu, salinitas, dan juga sinar yang masuk. Faktor makanan, juga diduga punya andil dalam membentuk warna pada ikan hias. Dari hasil penelitian, warna ikan hias dapat terjadi karena ada sel - sel pigmen (sel pembentuk warna) dalam tubuhnya. Sel - sel pigmen inilah yang bertugas menyerap zat warna yang ada dalam pakan, sehingga akan nampak cerah.

Bila ingin mendapatkan ikan hias yang baik, dalam arti pertumbuhannya cepat dan warnanya cerah, maka harus dilakukan pengaturan dalam pemberian pakan. Caranya adalah dengan mengkombinasikan pemberian pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami, seperti cacing rambut (tubifex) dan udang renik (daphnia), akan mempercepat pertumbuhan ikan hias. Sedangkan pakan buatan, membuat ikan hias menjadi cerah warnanya.

Astaxanthin
Adalah sejenis carotenoid, yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Carophill red. Di alam bebas, zat Astaxanthin ini terdapat pada bunga, buah, sayuran, udang, ikan, telur, dan sebagainya. Dengan menambahkan astaxanthin an-organik ke dalam pakan, akan dapat menambah kecerahan pada ikan hias.

Cara membuat pakan ber-Astaxanthin ini tidak begitu sulit. Bahan yang digunakan adalah bahan utama yang terdiri dari tepung ikan 26,5%, tepung kedelai 16,5%, tepung terigu 55%, vitamin 1%, mineral 1%. Bahan tambahannya adalah minyak ikan 1%, Astaxanthin 0,1 - 0,2%, serta binder 1%.

Tepung ikan, tepung kedelai, dan tepung terigu, diaduk menjadi satu hingga rata, kemudian diberi air sebanyak 1/2 dari berat bahan tersebut. Setelah jadi adonan, dikukus selama 15 - 30 menit (hingga masak), kemudian didinginkan. Setelah dingin, vitamin, mineral, minyak ikan, Astaxanthin, dicampurkan hingga merata. Baru kemudian dicampur dengan binder yang berfungsi sebagai perekat.

Langkah selanjutnya adalah pencetakan dengan menggunakan alat gilingan daging. Kemudian dikeringkan dan siap diberikan kepada ikan hias.

Pemberian pakan
Untuk pemberian pakan pada ikan hias, dilakukan setiap hari dengan jumlah kira - kira 2-3% dari berat ikan, dengan komposisi 75% pakan buatan dan 25% pakan alami. Waktu pemberiannya, untuk pakan buatan pada pagi, siang dan sore hari. Sedangkan untuk pakan alami, diberikan pada malam hari.

Yang menjadi kendala adalah apabila pakan ber-Astaxanthin ini tidak termakan habis oleh ikan. Air akan berwarna merah, sehingga nampak sekali kotor. Dan makanan yang menumpuk/mengendap  ke dasar, akan mengalami perubahan pembusukan yang merupakan racun bagi ikan tersebut. Jadi yang terpenting dalam pemberian pakan adalah frekwensi pemberiannya dengan diperkirakan pakan yang diberikan akan habis termakan. Dengan demikian maka pakan tidak akan terbuang percuma dan media tetap bersih.




2011/06/09

Black Ghost (Knife fish)

Black Ghost (Apterontus albifrons), berasal dari sungai Amazone dan Surinam. Ia dikenal orang sebagai "Si Setan Hitam". Sebutan itu diberikan karena tubuhnya berwarna hitam kusam (warna putih hanya melilit pada pangkal ekornya), sedangkan ia suka bersembunyi di tempat yang gelap pada waktu siang hari, dan baru melakukan aktivitas di malam hari. Ikan ini dikenal pula dengan julukan " Si Penari balet", lantaran gerakkannya yang maju mundur dan jungkir balik dengan amat lenturnya. Selain itu ada juga yang menyebutnya " Si Bulu Ayam", karena ketika bergerak membentuk sudut 90 derajat, tubuhnya bagaikan bulu ayam yang tegak berwarna hitam.

Setan yang baik
Meskipun panjang tubuhnya dapat mencapai 47 cm, dan punya julukan angker "Setan Hitam", namun kenyataannya ia bukan ikan yang ganas. Ia malah senang bersahabat. namun bukan berarti ia tidak dapat berkelahi atau marah. Ia sendiri tidak pernah memulai perkelahian. Karena itu, ikan ini cocok untuk penghias akuarium, karena tidak pernah usil terhadap ikan lain. Dan ia nampak begitu lucu saat bergerak ke belakang dan berjungkir balik. Namun demikian, sebaiknya Black Ghost tidak dicampur dalam satu akuarium dengan ikan yang bersifat pemangsa terhadap ikan lain. Ekor Black Gost yang selalu bergerak seringkali dianggap cacing. Maka sering terjadi ekornya buntung di makan ikan ganas. Namun ekornya itu akhirnya akan tumbuh kembali., persis cicak ! Black ghost cocok dicampur dengan ikan Russianensis atau ikan koki Black Moor.

Cara memelihara si setan hitam ini, cukup sederhana. dalam sehari cukup diberi makan 2 kali, pagi dan sore hari. Makannya tidak terlalu sulit, cacing merah (blood worm) mereka menerimanya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam merawat black ghost adalah air. Air yang dibutuhkan olehnya ini adalah air yang ber-pH 7, dan jernih. Maka sebaiknya air akuarium diganti setiap 5 hari sekali dengan memakai air tanah (sumur) yang sudah diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam dengan aerator, atau air PAM yang telah diendapkan selama 3 hari.

Senang gelap
Selain diberi aerator, sebaiknya akuarium perlu juga dipasangi aksesories bila ingin memelihara black ghost. Fungsi aksesories disini, selain untuk memperindah suasana akuarium, juga sebagai tempat bersembunyinya si setan hitam ini pada waktu siang hari. Dan sebaiknya, hindarkanlah pemilihan aksesories yang mempunyai warna yang mencolok bagi ikan itu. Carilah kayu yang berwarna hitam seperti akar bakau, atau batu-batuan yang berwarna hitam. Warna terang atau cerah, tidak disukai oleh ikan ini, sebab black ghost penglihatannya tidak terlalu kuat untuk menahan sinar maupun warna - warna cerah, seperti warna merah dan kuning.

2011/06/07

Flag-tailed (Prochilodus)

Ekor Flag-tailed lebar bergaris - garis seperti kibaran bendera. Kibasan ekornya makin indah karena berenangnya "kalem". Tapi kalau terusik, dia bisa meloncat setinggi lebih dari satu meter.

Ikan Prochilodus ada beberapa spesies, namun yang sering dijumpai di Indonesia hanya dua macam. Jenis yang warna dasar tubuhnya keemasan diberi nama Flag-tailed Prochilodus dengan nama ilmiah Prochilodus insignis. Sedangkan yang warna dasar tubuhnya keperakan dijuluki Silver Prochilodus (Prochilodus taeniurus). Keduanya termasuk famili Characidae. Di daerah asalnya Guyana, Inggris, dan Amazone bagian tengah, ikan ini terkenal sebagai "vegetarian". Hampir segala jenis sayuran disantapnya, bahkan bubur gandum pun dilahapnya.

Jenis yang keemasan lebih langka dijumpai di pasaran, dan warnanya lebih bagus daripada yang silver. Warna tubuh ikan berekor bendera ini sangay ceria, warna dasarnya keemasan, dengan sirip punggung, sirip perut, dan sirip dada dibalut warna merah. Keistimewaannya, ekornya yang lebar bercorak loreng kuning dan hitam, hingga kalau sedang menggerakkan ekornya kelihatan seperti kibaran bendera. Ukuran badannya bisa mencapai lebih dari 35 cm. Karena ukurannya bisa besar, penduduk di daerah asal ikan ini menangkapnya untuk dikonsumsi. Dia mulai dikenal sebagai ikan penghuni akuarium sejak 1910, dipelopori oleh hobiis ikan dari Jerman.

Ikan Prochilodus juga suka damai sehingga bisa dicampur dengan jenis lain, baik ukuran besar maupun kecil.

Perawatannya
Ikan ini sangat mudah dirawat. Penggantian air dilakukan 2 minggu sekali dengan membuang air separonya. Makanannya pun mudah, bisa berupa pellet atau bloodworm.

2011/06/05

Memijahkan ikan Maanvis (Angelfish)

Bentuk tubuhnya memang indah. Saat bergerak nampak gemulai dengan warna kulit yang menawan. Dengan semua daya pikatnya, tak heran bila si Bidadari banyak diincar masyarakat, untuk dinikmati keelokannya dalam akuarium. Hampir dapat dipastikan bila kita sudah mengenalnya, langsung akan jatuh cinta. Kata sebagian orang, si Bidadari ini sulit dikawinkan. Namun bila kita pintar merayu, niscaya dengan senang hati si Bidadari akan melakukan perkawinan.

Yang dimaksud dengan si Bidadari disini adalah salah satu jenis ikan hias air tawar. Namanya Ptereophyllum scalare, masyarakat umum di luar negeri (berbahasa Inggris) memanggilnya dengan nama "Angel fish".


Ikan Bidadari/Maanvis/Angelfish yang layak dikawinkan dan dicalonkan sebagai pengantin, sebaiknya yang sudah berumur lebih dari 6 bulan, panjang tubuhnya +/- 7,5 cm untuk jantan, dan +/- 5 cm untuk si betina. tentunya calon - calon pengantin tersebut harus sehat walafiat.

Untuk membedakan calon pengantin jantan dan betina, dapat dilihat dari ciri - ciri luarnya saja. Si jantan memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar, dibanding si betina, meskipun dalam umur yang sama. Bagian perut si jantan, terlihat nampak pipih dan ramping. sedangkan si betina pada perutnya nampak besar dan menonjol.

Selain ciri - ciri diatas, dapat pula dibedakan dengan melihat bagian depan kepalanya. Pada jantan, dari bagian mulut sampai sirip punggung bagian depannya, terlihat berbentuk cembung (menonjol). Sedangkan pada si betina, terlihat membentuk garis lurus/sedikit tirus. Dan juga pada bagian kepala si jantan terlihat berukuran lebih besar, dibanding si betina.

Jika membedakan jenis kelamin calon kedua induk tersebut, masih juga sulit dilakukan, dapat ditempuh cara lain yang lebih praktis dan mudah diterapkan. Kita ambil beberapa calon induk ikan Bidadari, ke dalam satu wadah  berukuran 2 X 2 m2, dan ketinggian air sekitar 30 cm. Dengan cara ini, diharapkan calon - calon induk tersebut akan memilih pasangannya masing - masing. Proses lirik - lirikan dan senggol - menyenggol akan berlangsung pada malam hari yang temaram.

Ikan yang telah menemukan pasangannya, akan memisahkan diri dari kelompoknya untuk mengadakan "pembicaraan" yang lebih intim dalam rangka rencana pesta perkawinannya. Calon pengantin yang telah berpasangan ini, selanjutnya diangkat ke tempat lain untuk dikawinkan. Pasangan ikan tersebut sudah dapat dipastikan terdiri dari jantan dan betina.

Agar pesta perkawinan dapat berhasil dan berlangsung semeriah mungkin, maka perlu disiapkan pelaminan perkawinan berupa akuarium, bak atau paso, yang diisi air yang telah diendapkan setinggi 30 - 40 cm.

Untuk melekatkan telur hasil perkawinannya, disediakan bahan (subtrat) berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik, atau potongan pralon berukuran diameter 4 - 5 inci (tingginya 15 - 20 cm), atau juga dapat dibelah menjadi 2 bagian (diletakkan terlentang/digantung di samping akuarium dengan kawat).

Sebelum acara perkawinan dimulai, calon pengantin jantan biasanya mengontrol (kalau - kalau ada kekurangan) media penempel telur, dan membersihkannya dengan mulutnya. Bila media tersebut dianggap sesuai, aman dan bersih, maka calon pengantin jantan mulai mengajak calon pengantin betina untuk saling bercumbu rayu.

Bila cumbu rayu telah mencapai puncaknya, maka acara puncak perkawinan pun di mulai. Pengantin betina mengeluarkan telurnya di sekitar media penempel telur, untuk selanjutnya telur tersebut dibuahi pengantin jantan. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada bahan yang telah dipersiapkan.

Hasil perkawinan yang berupa telur dapat segera ditetaskan. Untuk menetaskan telur si Bidadari ini, dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara yang pertama, bahan yang telah ditempelkan telur, diangkat untuk dipindahkan ke dalam akuarium lain yang berfungsi untuk menetaskan telur (usahakan media dan telur senantiasa terendam atau basah oleh air). Untuk itu dapat digunakan wadah baskom. Cara kedua, telur yang akan ditetaskan dibiarkan tetap berada di dalam akuarium ikan pasangan tersebut. Untuk cara ini pasangan pengantin (induk ikan) dipindahkan terlebih dahulu ke bak atau akuarium pemeliaharaan induk.

Telur - telur yang akan ditetaskan, ada baiknya direndam sebentar dengan antibiotik, atau diteteskan obat anti jamur ke dalam akuarium penetasan untuk mencegah serangan jamur. Bila tidak ada aral melintang, 2 - 3 hari telur - telur tersebut akan menetas.

Anak - anak ikan Bidadari ini tidak perlu diberi pakan, karena masih mempunyai cadangan makanan diperutnya berupa yolksac. Baru setelah mulai belajar berenang, kira - kira 3 - 4 hari (dari telur tersebut menetas), diberi makanan berupa kutu air saring atau artemia. Kira - kira 5 - 7 hari setelah pemberian kutu air saring, kemudian diberikan kutu air tanpa disaring. Dan selanjutnya selama 1 (satu) minggu kemudian anak ikan tersebut bisa diberikan cacing sutera (tubifex).

Saat benih mulai mengkonsumsi cacing rambut, sudah saatnya dilakukan penjarangan agar populasi benih tersebut tidak terlalu padat. Pada umur 1,5 bulan, pada kolam/bak semen ukuran 1,5 X 2 m2, tinggi air 15 - 20 cm, dapat ditebar benih ikan Bidadari sebanyak 1.000 ekor.

Penjarangan berikutnya dilakukan setiap 2 minggu, dengan membagi 2, sehingga pada akhirnya setiap bak (akuarium) berisi 100 ekor ikan bidadari. Pembersihan kotoran dilakukan setiap 2 hari dengan sistem siphon. Air juga perlu diganti setiap 2 hari dengan menambah air sebagaimana semula.




Perawatan yang cermat dan teliti, akan menghasilkan ikan - ikan Bidadari yang sehat dan anggun. Pada umur 3 bulan, ikan - ikan Bidadari sudah layak dipasarkan dan tentunya juga banyak peminatnya.