2011/04/03

Palmeri (Nematobrycon palmeri), Emperor Tetra

Penampilannya biasa saja, tapi para hobies akuaris di mancanegara memberinya gelar kaisar. Palmeri memang tidak seanggun Discus, juga tidak segagah Arwana. Sosoknya seperti ikan kebanyakan. Ukuran maksimal yang dapat dicapai hanya 5,5 cm. Yang menarik "trisula" di ekornya itu bukan untuk menyerang musuh. Melainkan hanya sebagai variasi dari bentuk sirip ekor. Dan itulah salah satu keunikan yang menjadi daya tarik Palmeri sebagai ikan hias air tawar. Selain itu pesona Palmeri terletak pada bentuk dan warna tubuhnya. Kalau kita amati, sirip-siripnya punya satu keunikan, Palmeri tidak mempunyai "Adipose fin", yaitu sirip tambahan yang terletak antara sirip ekor dan sirip punggung. Sedangkan sirip duburnya memanjang sampai pangkal ekor. Hampir semua siripnya berwarna sama, yaitu kuning muda kecoklat-coklatan dengan jari sirip depan berwarna hampir hitam. Badannya seolah-olah terbagi dua oleh garis hitam yang memanjang sampai ke cagak tengah sirip ekor. Bagian bawah lebih gelap dibanding bagian atas. Sekilas, tubuh Palmeri terkesan didominasi warna coklat. Padahal, warna ini merupakan kombinasi antara coklat, kuning, dan biru. Di luar negeri ikan Palmeri banyak ditemukan di daerah aliran sungai San Juan, Columbia.
Palmeri, pertama kali diketemukan oleh Carl Eigenmann pada tahun 1911. Namun, baru pada tahun 1960 ikan ini diorbitkan sebagai ikan hias. Sehari-hari "Sang Kaisar" ini hidup pada suhu antara 22 - 24 derajat Celcius. Tapi kalau kawin ia perlu suhu, sekitar 26 - 28 derajat Celcius.

PEMIJAHAN DI AKUARIUM
Palmeri termasuk ikan tidak produktif. Namun bukan berarti ia tidak bisa dikawinkan. Pada prinsipnya, Palmeri dapat memijah meskipun di luar lingkungan alam aslinya. Asalkan semua persyaratan untuknya dipenuhi. Palmeri memijah seperti kebanyakan ikan tetra lainnya. Telurnya diletakkan pada rumput tanaman air. Kebiasaan ini lah yang sering dimanipulasi oleh para pembudidaya ikan hias, dengan cara mengganti tanaman air asli dengan yang palsu. dan bahkan sering dibuatkan semacam rumbai-rumbai dari benang nylon atau tali rapia.
Syarat pertama yang harus dipenuhi bila hendak mengawinkan Palmeri adalah mengetahui secara pasti induk jantan dan betina yang siap untuk dipijahkan. Pekerjaan ini tentunya tidak terlalu sulit, induk jantan selain cagak tengah ekornya lebih panjang, juga ukuran badannya lebih besar dibandingkan betina.
Kalau pemijahannya dilakukan di akuarium, cukup kita sediakan akuarium berukuran : 50 X 20 X 20, air yang digunakan harus jernih (bersih), lunak dan sedikit asam dengan pH sekitar 6,4 - 6,8, serta kesadahannya sekitar 20 - 50 ppm.
Pemijahan berlangsung diantara kerimbunan semak-semak belukar tanaman air. Karena itu, akuarium perlu diberi tanaman air untuk tempat pemijahannya. Yang paling cocok, adalah jenis Myriophyllum. Jadi, tanaman air ini disamping untuk menyusup pada waktu kejar-kejaran, juga untuk meletakkan telur.
Pemijahan ini terjadi apabila suasananya tenang dan cahayanya redup. Seekor induk betina yang baik, mampu bertelur sebanyak 50 - 100 butir.
Tanda-tanda pemijahan telah berlangsung apabila sudah terlihat telur-telur Palmeri menempel pada tanaman atau berserakan di dasar akuarium. Begitu pemijahan berakhir, kedua induk segela diangkat.
Telur-telur biasanya menetas setelah 48 jam (pada suhu 28 derajat Celcius). Sehari kemudian, larvanya sudah terlihat menggantung atau menempel pada tanaman air. Baru pada hari ke 4 atau 5, benih Palmeri sudah dapat berenang dengan bebas. Umur seminggu, benih bisa diberi makan infusoria. Minggu berikutnya diberi makanan yang ukurannya lebih besar seperti artemia atau dapnia.
Seperti halnya ikan tetra lainnya, Palmeri ini juga banyak diminta oleh para eksportir ikan hias. Melihat prospek yang cukup baik, barangkali tidak ada salahnya kalau kita mulai membudidayakan ikan hias ini secara intensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar