Ikan tetra ternyata bukan hanya neon, kongo atau kaisar. Tapi masih ada beberapa lagi, salah satunya yang lain itu adalah Serpae. Memelihara ikan yang satu ini merupakan suatu keasyikan tersendiri. Sebab, kemana-mana ia selalu bergerombol. Gerakan manuver bergerombolan itulah yang membuat kita betah memandangnya.
Kalau ingin menikmati kelebihan serpae sebagai ikan pajangan yang atraktif, tempatkanlah 8 - 12 ekor ikan yang bisa mencapai panjang 4 cm ini dalam sebuah akuarium besar. Disana mereka bisa lebih leluasa melakukan gerakan-gerakan atraktif yang penuh pesona. Lebih-lebih kalau pencahayaannya didalam tempat tinggalnya itu baik. Meskipun ia datang dari jauh, dari sungai-sungai besar di Brasil dan Guyana, Amerika Selatan, terrnyata serpae cocok dan betah tinggal di Indonesia. Karena iklim disini sama dengan daerah asalnya, tropis.
Dalam hidupnya, serpae menghendaki air yang bersih, lunak dan sedikit asam dengan pH 6,6 - 6,9. Kesadahan sekitar 60 - 100 ppm. Suhu yang ia kehendaki berkisar antara 24 - 26 derajat Celcius. Soal makan, ikan ini tidak terlalu rewel, hampir semua jenis makanan ia doyan. Hanya kalau ia nanti mau dipijahkan, sebaiknya dipilih jenis makanan yang tidak mengandung lemak. Misalnya seperti jentik-jentik nyamuk atau makanan khas induk lainnya.
Daya tarik lain serpae adalah warna tubuhnya. Sekilas badannya tampak keperak-perakan hingga kuning keemasan. Punggungnya berwarna hijau zaitun. Bagian perut, bervariasi, kadang kuning, hijau, pelangi atau keperak-perakan. Pada waktu tertentu, badan serpae tampak berwarna merah cerah. Terutama badan bagian belakang, sirip punggung berwarna hitam dengan dasar merah dan pinggirannya kuning keemasan. Sirip anus dan ekor berwarna merah dengan bayangan garis hitam yang samar-samar. Antara ikan jantan dan betina, perbedaan warnanya sangat mencolok. Ikan jantan, ikan jantan warnanya relatif lebih cemerlang, sedangkan yang betina suram dan kurang menarik.
Gesit dan Agresif
Alasan orang memilih serpae sebagai penghuni akuarium, disamping warnanya yang indah, juga karena ia agresif dan gesit dalam bergerak. Hal ini dimungkinkan karena bentuk tubuhnya yang kecil, ditambah lagi oleh kebiasaannya di alam. Di alam aslinya, ikan-ikan ini hidup dalam perairan yang berarus deras, disungai-sungai besar seperti Amazon. Karena itu jangan heran bila serpae tidak bisa diam di dalam akuarium, berenang hilir mudik kesana kemari. Sifat dasar ikan serpae, sebenarnya pendamai. terutama bila ia dipelihara bersama-sama dengan yang sejenis dan seukuran. Namun akan lain ceritanya, kalau ia dicampur dengan yang tidak sejenis. Atau sejenis tapi tak seukuran. Bila itu ia merasa seterunya, maka bagi yang merasa paling besar dan kuat, akan melukai yang lemah. Sehingga yang menjadi korban bisa babak belur dibuatnya, bahkan bisa sampai mati.
Pemijahan
Serpae termasuk ikan yang mudah dipijahkan. Kesulitannya hanya pada waktu menentukan jantan dan betina saja. Itupun kalau dilakukan secara individu. Karena antara ikan jantan dan betina kelihatannya sangat mirip. Tapi bila penentuannya dilakukan secara seksama, kesulitan itu bisa diatasi. Selain warnanya lebih cerah, ikan jantan dewasa mempunyai bentuk tubuh yang lebih ramping, jika dibandingkan dengan yang betina.
Untuk pemijahan, sebaiknya calon induk dipilih dari segerombolan ikan. Calon induk yang telah lolos seleksi, dipelihara secara terpisah. Mereka diberi makan yang cukup memngandung gizi. Jika sudah terlihat ada yang matang kelamin, berarti sudah bisa disiapkan tempat pemijahannya. Ikan betina yang matang kelamin ditandai oleh bagian perut yang agak membengkak. Sedangkan yang jantan biasanya kalau sedang birahi, ia tak pernah bisa diam, gelisah dan mondar mandir kesana kesini.
Pemijahan bisa dilakukan dalam sebuah akuarium ukuran ( volume ) 10 -15 liter. Air yang dipakai sebagai media, jangan yang terlalu keras. Suhunya dipertahankan sekitar 24 derajat Celcius. Ke dalam akuarium tersebut perlu diberi tanaman air seperti Cabomba, Myriophyllum atau Hydrilla. Tanaman harus bersih, bebas dari hama dan penyakit.
Ketika memasukkan induk ke dalam akuarium pemijahan, masukkan dulu yang jantan, beberapa saat kemudian baru disusul oleh betina. Bila keduanya sudah berada dalam satu tempat, biasanya yang jantan akan mengambil inisiatif untuk merayu yang betina. Pertama ia berlenggak-lenggok dihadapan betina, kemudian mengitari, lalu memepet betina dengan sangat agresif dan bernafsu. Ketika itulah secara bersamaan yang berlangsung hanya beberapa detik saja, induk betina melepaskan telur dan induk jantan menyemprotkan spermanya. Kejadian seperti itu, dilakukan berulang-ulang sampai kira-kira 20 kali, selama 2 - 4 jam.
Sepasang induk yang baik dan sehat, sanggup menghasilkan ratusan butir telur. Selesai pemijahan, kedua induk harus dipisahkan dari telurnya. Tempat pemijahan itu kini berubah fungsinya sebagai tempat penetasan.
Telur-telur akan menetas setelah 24 jam, dari situlah akan dihasilkan larva kurang lebih sebanyak 300 ekor. Larva sebanyak itu tidak perlu diberi makan, karena mereka masih membawa cadangan makanan berupa kuning telur di perutnya. Baru setelah umur 3 hari, larva diberi makan infusoria. Umur 2 minggu anak-anak serpae sudah kuat berenang dan saat itulah mereka bisa diberi artemia atau makanan hidup lainnya yang sesuai ukuran mulutnya.
Sumber : Suara Karya, 20 November 1991. ( Dokumentasi Trubus ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar