2011/05/03

Tambakan ( Helestoma temmencki ), Ikan Hias Yang Suka Berciuman

Bagi masyarakat di pedesaan, ikan tambakan yang memiliki nama keren " helestoma temmencki", nampaknya lebih dikenal sebagai ikan lauk teman nasi. Dikalangan para akuaris dan masyarakat kota penggemar ikan hias, ikan tambakan dinaikkan pamornya sebagai ikan pajangan penghuni akuarium. Hal ini dapat kita maklumi, karena tambakan ternyata jenis ikan yang memiliki pesona tersendiri sebagai ikan hias. Pesona utama ikan dari keluarga Anabantidae ini adalah tingkah lakunya yang unik, yakni senang berciuman dengan sesamanya. Gara - gara tingkah lakunya ini, maka dikalangan para akuaris ikan tambakan lebih populer dipanggil dengan nama Kissing Gourami.

Sosok Tambakan
Mengamati bentuk badan ikan tambakan, sepintas lalu memang ada kemiripan dengan bentuk badan ikan Gurame, sama - sama oval dan gepeng. Ikan asli Indonesia ini, di alam bebas dapat dijumpai di perairan rawa dan sungai yang beraliran tenang. Di alam aslinya ikan ini dapat tumbuh hingga mencapai ukuran 25 cm. Namun bila dipelihara dalam bak atau akuarium, paling ukurannya samapi 20 cm saja.
Di Indonesia, selama ini tercatat ada 2 jenis ikan tambakan yang banyak dibudidayakan masyarakat. Jenis pertama, dikenal dengan nama "Tambakan Gibas". Jenis ini memiliki warna tubuh hijau keperakan dan putih mengkilap dibagian perut. Matanya jernih dan membiaskan sinar bila terkena cahaya lampu. Jenis kedua, dikenal dengan nama "Tambakan Kanyeri". Warna tubuhnya kekuning - kuningan dan beberapa sisik berwarna mengkilap. Pada bintik mata tambakan kanyeri ini, biasanya berwarna agak kelabu.

Cara Budidaya
Untuk menyaksikan kaum tambakan saling berciuman setiap hari, tak ada salahnya bila kita mencoba untuk membudidayakannya. Sebagai wadah budidaya, kita bisa menggunakan bak tembok atau akuarium. Ukuran bak, cukup 2 X 1 X 0,5 M3. Sedangkan akuarium, berukuran 80 X 40 X 45 Cm3. Bila diinginkan, wadah budidaya ini nantinya dapat juga dimanfaatkan sebagai wadah pemijahan pasangan tambakan.
Agar kaum tambakan dapat hidup nyaman di wadah budidaya, maka air sebagai media hidupnya diusahakan memiliki suhu sekitar 25 - 30 derajat Celcius dan keasaman (pH) air 7,4 - 7,6. Pada kondisi air yang dikehendaki tersebut, tambakan akan berenang lincah hilir mudik. Bila bertemu dengan sesamanya akan saling memoncongkan mulutnya untuk berciuman, tanda kebahagiaan mereka atas kekuasaan wilayah barunya ( diwadah budidaya).
Bila kita ingin memijahkan pasangan tambakan, maka dalam wadah budidaya perlu dilengkapi dengan tanaman air yang mengapung (misalnya, eceng gondok). Tanaman air ini, nantinya sebagai tempat penyusun sarang busa oleh induk jantan.
Sebagai calon induk, sebaiknya dipilih dari ikan tambakan yang sudah mencapai ukuran sekitar 12 cm atau telah mencapai usia antara 12 - 18 bulan. Induk betina, biasanya memiliki badan relatif lebih tebal dan agak membulat. Perutnya mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna kemerah - merahan. Induk jantan yang siap kawin, biasanya sering tinggal dan berenang dibawah tanaman air dan memiliki temperamen galak dan liar bila didekati sesama kaum jantan.
Biasanya, bila kaum tambakan sudah dilanda asmara, mereka dengan sendirinya akan mencari pasangannya masing - masing. Bila ada kecocokan, si jantan akan menggiring betina pujaannya ke sarang busa yang telah disusunnya. Di bawah sarang ini, si betina akan segera mengeluarkan telurnya dan si jantan segera membuahinya. Kejadian ini, biasanya berlangsung pada malam hari dan suasana yang tenang.

Perawatan benih
Selesai pemijahan, induk sebaiknya segera dipindahkan ke wadah lain. Telur hasil pemijahan tetap dibiarkan pada wadah semula. Bila tidak ada aral melintang, telur akan menetas dalam waktu 24 - 26 jam kemudian. Pada 3 (tiga) hari pertama setelah menetas, larva yang berukuran lembut ini belum perlu diberi pakan, karena larva masih mengandalkan pakan berupa kuning telur yang dibawanya sejak lahir.
Memasuki hari ke 4 (empat) hingga benih berumur 2 (dua) minggu, pakan berupa rotifera sudah boleh diberikan, sehari 3 (tiga) kali. Menginjak minggu ketiga, pakan sebaiknya mulai diganti yang berukuran agak besar. Kita bisa menggunakan pakan alami berupa moina atau daphnia. Menjelang benih berumur 1 (satu) bulan, makanan berupa jentik nyamuk atau cacing sutera sudah boleh mulai diperkenalkan. Dengan pemberian pakan bergizi tinggi ini, diharapkan benih akan tumbuh lebih montok.
Bila diinginkan, benih - benih tambakan yang berumur 2 (dua) bulan sudah dapat kita pasarkan. beberapa ekor yang memiliki warna dan pertumbuhan istemewa, dapat kita sisihkan untuk dipelihara sebagai calon induk yang istimewa nantinya.



© 2011 by Nirwana Aquarium


Sumber : Suara Karya ( 26 Agustus 1992 ), Dok Trubus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar